Potensi Pengelolaan Sampah Elektronik di Indonesia
19/04/2022Permasalahan sampah elektronik atau lebih dikenal dengan sebutan E-Waste dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan berdasarkan kandungan Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti halnya PBDE, kadmium, kromium, merkuri, timbal dan PBB.
Pengaruh dari limbah B3 berjenis sampah elektronik atau barang elektronik tersebut dapat terjadi jikalau objek tersebut tidak diproses atau ditempatkan pada wadah sebenarnya ataupun dikelola dengan cara yang salah.
Limbah beracun seringkali tidak kita sadari hidup berdampingan dengan kita didalam keseharian kita. Walaupun tidak dapat kita lihat secara kasat mata, pastinya limbah B3 sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Oleh karena itu, limbah B3 dari objek yang berjenis sampah elektronik harus dapat dikelola secara tepat dan benar. Harus ada pembedaan antara sampah yang dapat didaur ulang ataupun yang tidak bisa dilakukan proses daur ulang sehingga harus dimusnahkan dengan cara yang tepat.
Mekanisme Penyebaran Racun
Tentunya penyebaran racun dapat terjadi dikarenakan oleh mekanisme yang salah dari pengelolaan sampah elektronik yang ada. Hal tersebut akan memberikan dampak pada kontaminasi tanah terhadap e-waste yang dibuang, juga berpengaruh pada tumbuhan yang di tanam pada tanah tersebut.
Pada proses berkembangnya tumbuhan tersebut dan menjadi sumber makanan bagi makhluk hidup lainnya dalam hal ini hewan yang termasuk pakan ternak seperti sapi maupun hewan sejenis, maka racun yang terdapat didalam tumbuhan tersebut akan menyebar pada tubuh sapi tersebut.
Dan hal yang terjadi selanjutnya, tanpa disadari oleh manusia yang mengkonsumsi daging dari sapi yang terkontaminasi tersebut sehingga menyebabkan manusia tersebut juga terkena dampak racun tersebut.
Lebih akan berbahaya jika dikonsumsi oleh seorang ibu hamil yang dapat menyebabkan kecacatan pada anak yang akan dilahirkan.
Yang lebih mengerikan lagi, racun dari limbah B3 bukan saja bisa menyebar dari tanah, tumbuhan ataupun hewan, namun dapat tersebar melalui udara. Sehingga meski tidak tersentuh, namun racunnya dapat menyebar melalui udara.
Di negara adikuasa seperti halnya Amerika dan negara-negara Eropa yang menghasilkan sampah elektronik terbanyak di dunia, dan mengirimkan limbah tersebut ke negara China. Di negara China sendiri, sebagian besar limbah tersebut dibentuk atau diproses ulang menjadi mainan anak-anak, silikon handphone, ataupun segala jenis peralatan yang dapat dilakukan produksi dari limbah tersebut. Alhasil, limbah beracun tersebut masih akan tetap ada pada produksi pembaruan dan bahkan dapat menyebar kepada manusia yang menggunakan atau memakainya, termasuk terhadap anak-anak dengan alat mainan yang mereka punya.
Daur Ulang
Oleh karena itu, proses daur ulang yang tepat sangat diperlukan untuk meminimalisir terjadinya efek yang kurang bagus dari limbah b3 beracun tersebut. Meskipun E-Waste merupakan sampah yang sulit untuk dapat dilakukan daur ulang.
Oleh Perusahaan pengelola sampah elektronik dengan teknologi dan tingkat keamanan yang sesuai, sampah elektronik atau E-Waste akan dipisahkan antara komponen yang masih berguna seperti metal,plastik, kaca dengan komponen yang mengandung racun.
Racun tidak dapat didaur ulang, dan jika dibiarkan, racun akan menyebar mencemari lingkungan.
Solusinya, racun akan dicampur dan menjadi bahan untuk pembuatan semen, karena semen itu berifat padat dan mengikat, racun tersebut tidak dapat menyebar.
Sebagian limbah juga bisa dijadikan alternatif untuk bahan bakar menggantikan batu bara. Dalam sebuah penelitian, daur ulang e-waste di Indonesia dikatakan unik, yaitu dengan memperpanjang masa pakai dari produk elektronik yang sudah rusak dengan membawanya ke tukang servis. Namun pada komponen yang aman, sampah elektronik bisa didaur ulang untuk menjadi barang berguna lainnya. Tetapi memperpanjang masa pakai juga akan memperpanjang aliran e-waste dan aliran B3. Oleh sebab itu, jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk mendaur ulang dengan lebih aman, lebih baik untuk mengumpulkan sampah elektronik tersebut pada komunitas-komunitas e-waste. Ada Dewan Lingkungan Hidup yang menyediakan pelayanan, atau langsung kepada jasa perusahaan pengelola limbah sampah terkait.
Dikutip dari: sains.kompas.com